Tata Cara Menulis Buku Teks Pelajaran
(Disunting dari berbagai sumber)
Tim Penyusun: Aji Umar Hadi
Firdaus Suharta
Riswan Marbun
Latar Belakang
Buku merupakan sekumpulan informasi pengetahuan yang dapat
dijadikan pedoman atau sumber pengetahuan. Dalam penulisan buku teks Pelajaran diperlukan beberapa ketentuan
agar buku yang disusun memberikan informasi yang utuh. Ketentuan-ketentuan
tersebut haruslah terdapat didalam sebuah buku. Buku dikelompokkan menurut
peruntukannya dilihat dari kepentingan pendidikan dapat dibedakan sebagai buku
pelajaran dan buku bacaan.
Buku pelajaran berisi informasi yang dapat dijadikan sumber
belajar berdasarkan kurikulum pendidikan dasar, menengah, tinggi, sedangkan
buku bacaan adalah buku umum yang tidak terkait dengan kurikulum
pendidikan. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008, semua buku digolongkan
dalam empat kelompok denga istilah dan pengertia yang berbeda, yakni buku teks
pelajaran, buku panduan guru, buku pengayaan, dan buku referensi. Dalam artikel
ini, pembahasan lebih condong kea rah buku teks pelajaran
Buku teks pelajaran atau sering juga disebut buku wajib atau buku
paket adalah buku yang digunakan oleh siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran. Buku ini memuat bahan pembelajaran yang dipilih dan disusun
secara teratur dari suatu mata pelajaran yang minimal harus dikuasai oleh siswa
maupun guru pada tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Belakangan ini buku
pelajaran pokok ini disebut juga buku teks pelajaran (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005)
Buku Teks pelajaran adalah
buku acuan wajb untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran
dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan
estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan.
Pembahasan
Ketentuan-Ketentuan Pembuatan Buku Teks Pelajaran
Persyaratan yang berkaitan dengan isi
- Memuat sekurang kurangya materi minimal yang harus dikuasai peserta didik/diklat
- Relevan dengan tujuan dan sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai
- Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
- Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Sesuai dengan jenjang dan sasararan
- Isi dan bahan mengacu pengembangan konsep, prinsip, teori
- Tidak mengandung muatan politis maupun hal yang berbau sara
Persyaratan penyajian
- Uraian teratur sesuai dengan urutan setiap bab
- Saling memperkuat dengan bahan lain dan kontekstual
- Menarik minat dan perhatian sasaran pembaca
- Menantang dan merangsang untuk dibaca dan dipelajari
- Mengacu pada aspek koginitif, afektif dan psikomotor
- Penyajian yang menggunakan bahasan ilmiah dan formal
persyaratan yang berkaitan dengan bahasa
- Menggunakan bahasa Indonesia yang benar
- Menggunakan kalimat yang sesuai dengan kematangan dan perkembangan sasaran pembaca
- Menggunakan istilah, kosakata, indeks, symbol yang mempermudah pemahaman
- Menggunakan kata kata terjemahan yang dibakukan
persyaratan yang berkaitan dengan Ilustrasi
- Relevan dengan konsep, prinsip yang disajikan.
- Tidak mengunakan kesinambungan antar kalimat. Antar bagian dan antar paragraph.
- Merupakan bagian terpadu dari bahan ajar
- Jelas, baik dan merupakan hal-hal esensial yang membantu memperjelas materi
BAGIAN-BAGIAN DARI BUKU TEKS PELAJARAN
Umumnya buku terdiri dari tiga bagian yang mencakup :
Bagian awal yang berisi
Halaman cover, berisi tentang judul, pengarang, gambar sampul ,
nama departemen, tahun terbit.
- Halaman judul , berisi judul, pengarang/penulis, gambar sampul, tahun terbit, nama depertemen
- Daftar isi, yang membuat, judul bab, sub bab, dan nomor halaman
- Daftar lain seperti : daftar gambar, daftar table, daftar lampiran.
Bagian isi
Bagian ini berisi
bab-bab, dan setiap bab terdiri sub bab-sub bab dan pokok pokok bahasan yang
menjadi inti naskah buku dan memuat uraian penjelasan, proses operasional atau
langkah kerja dari setiap bab maupun sub bab. Dengan demikian paragraf
merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan. Paragraf tersebut harus saling
mendukung dan merupakan suatu kesatuan yang koheren. Apabila diperlukan
penjelasan dan uaraian dari masing-masing bab dilengkapi dengan table, bagan,
gambar dan ilustrasi lain. pada baigian isi buku dikelompokkan menjadi beberapa
bab, dalam setiap bab disamping berisi informasi umumnya diakhiri dengan
rangkuman dan latihan soal.
Bagian akhir
Pada bagian akhir dari suatu buku biasanya berisi antara lain :
- lampiran, bila lampiran lebih dari satu lembar harus diberi nomor urut arab
- Glosarium (jika ada), kata/istilah yang berhubungan dengan uraian diktat sehingga memudahkan pemahaman pembanca
- Kepustakaan, ada beberapa cara menulkiskan kepustakaan, namum namum demi keseragaman dipilih satu dari sekian cara tersebut, sengan ketentuan sebagai berikut :
- Hendaknya digunakan buku acuan yang relevan dengan bahan kajian yang akan ditulis, tidak ketinggagalan perkembangan teknologi dan sesuai dengan disiplin ilmu
- kepustakaan disusun dengan urutan abjad, urutannya sebagai berikut :
Mulyasan,E, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pt
Remaja Rosda Karya, Bandung
- Indeks : pencantuman indeks dimaksudkan sebagai petunjuk untuk mengetahui dengan mudah uraian suatu teori, atau fakta yang terdapat pada halaman tertentu, penulisan indeks dengan pengaturan sbb :
1) entri disusun menurut abjad dan tidak
bernomor urut
2) entri diawali dengan huruf kecil ,
kecuali berupa nama
3) entri diikuti dengan tanda koma dan
nomor halaman tempat entri berada
KETERBACAAN
Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi atau pesan (message) melalui
media tulis atau cetak ialah sejauh mana pesan itu dapat ditangkap, dimengerti,
dan dipahami oleh pembaca. Hal itu perlu karena pesan yang penting dan
bermanfaat akan menjadi sia-sia kalau si penerima pesan atau pembaca tidak
dapat menangkap pesan itu dengan baik. Kemampuan membaca dan kemampuan memahami
makna bacaan dianggap merupakan persyaratan awal yang perlu dimiliki seseorang
untuk dapat menangkap dan memahami pesan yang disampaikan melalui media
tulis/cetak. Akan tetapi persoalannya tidak sesederhana itu. Apabila dilihat
kegiatan menulis dan membaca sebagai suatu proses komunikasi, maka tujuan
komunikasi sebenarnya tidak hanya sebatas pesan itu sampai dan dipahami oleh
pembaca tetapi diharapkan dapat memberikan pengaruh sehingga terjadi perubahan
prilaku pembaca (dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak sadar menjadi sadar,
atau dari tidak mampu menjadi mampu berbuat). Lebih jauh, Rudolf Flesch (1962)
berpendapat bahwa keberhasilan penyampaian pesan ditandai dengan pembaca
membacanya lebih cepat, lebih menikmatinya, lebih mengerti, dan mengingatnya
lebih lama. Pendapat tersebut selaras dengan prinsip belajar dengan menggunakan
bantuan media.
Dalam proses
pembelajaran yang menggunakan bahan belajar cetak sebagai sumber belajar utama,
di samping pembelajar, keterbacaan (readability) menjadi permasalahan
tersendiri. Berdasarkan berbagai penelitian diketahui bahwa pebelajar mendapat
dan memahami bahan belajar lebih banyak dari buku dari pada sumber belajar
lainnya. Kesimpulan ini cukup beralasan mengingat informasi dalam buku dapat
dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah, dan didiskusikan. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan fungsi buku sebagai sumber informasi, pesan yang disampaikan
melalui buku perlu dirancang, disusun dan disajikan dalam bentuk yang tidak
saja menarik secara visual tetapi juga mudah dimengerti. Apalagi dalam
penyusunan bahan belajar mandiri, seperti modul, keterbacaan bahan belajar
menjadi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran oleh
karena pebelajar diharapkan dapat memahami bahan belajar tanpa bantuan atau
sesedikit mungkin menggunakan bantuan orang lain.
PENGERTIAN KETERBACAAN
Secara semantik, Kamus
Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arti keterbacaan sebagai “ perihal dapat
dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah diingat”
(hlm. 72). Dari berbagai definisi yang memberikan hakikat keterbacaan
(readability) dapat disimpulkan bahwa keterbacaan itu adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kemudahan atau kesulitan memahami suatu bacaan.
Keterbacaan berkaitan dengan keadaan tulisan atau cetakan yang jelas, mudah,
menarik, dan menyenangkan untuk dibaca sehingga pesan yang disampaikan penulis
benar-benar sampai secara tepat kepada pembaca.
FORMULA KETERBACAAN
Keterbacaan dapat
diukur dengan menggunakan sejumlah formula (rumus) keterbacaan seperti, The Dale-Chall
Formula, The Fry Readibility Graph, Reading Ease Formula, Flesch Reading
Ease/Plesch-Kincaid Grade Level Tools, SMOG Test, Cloze Test dan Fog Index.
Semua formula tersebut dipergunakan sebagai alat untuk mengukur dan mengetahui
tingkat kesulitan memahami suatu bahan bacaan. Masing-masing formula memiliki
keunggulan dan kelemahan. Berikut ini akan diberikan gambaran tentang SMOG
Grading, Cloze Test dan Fog Index.
1. Flesch Reading Ease/Plesch-Kincaid Grade Level Tools
2. SMOG Test
3. Cloze Test
2. SMOG Test
3. Cloze Test
4. Fog Index
PENGGUNAAN CLOZE TEST DAN FOG INDEX.
Cloze Test dan Fog
Index yang dibicarakan dalam tulisan ini bukanlah teknik dan formula yang
terbaik dari sekian banyak teknik dan formula yang ada. Kedua cara ini
dikemukakan hanya karena dianggap lebih praktis, lebih cepat, dan lebih mudah
untuk digunakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kata-kata sulit bukanlah
semata-mata ukuran untuk menentukan tingkat kesulitan bahan bacaan. Hasil uji
keterbacaan juga dianggap sulit digeneralisasikan untuk calon pembaca sasaran
yang sifatnya heterogen apalagi kalau sangat heterogen. Kenyataan ini ikut
mendorong penerapan kebijakan lokal atau kebijakan berbasis sekolah
Cloze Test diujikan
kepada calon pembaca sasaran. Awalnya Fog Index dipergunakan untuk menguji
keterbacaan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa tersebut panjang kata dianggap
ikut menentukan kesulitan kata itu. Asumsi tersebut belum tentu sepenuhnya
benar. Dapat saja kata itu hanya terdiri dari satu suku kata tapi asing bagi
pembaca sehingga dianggap sukar. Kesukaran suatu kata juga ditentukan oleh
frekwensi kata itu dipergunakan oleh pembaca. Pendapat ini juga berlaku untuk
semua bahasa. untuk menguji keterbacaan suatu naskah ada baiknya menggunakan
tidak hanya satu jenis cara saja tetapi ada baiknya dibandingkan dengan cara
lain. Kalau Cloze Test memerlukan banyak biaya dan waktu, Fog Index nampaknya
lebih hemat karena dapat dilakukan oleh penulis, atau editor, atau guru sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Hasil test keterbacaan tidak hanya
bermanfaat bagi penulis dalam memperbaiki naskahnya, namun juga dapat
bermanfaat bagi guru dalam memprediksi konsep-konsep yang sukar bagi siswanya.
Dengan demikian guru dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci untuk
konsep-konsep tersebut sehingga siswa dapat memahami keseluruhan materi
pelajaran lebih baik.
“WAWANCARA MENGENAI PENGALAMAN MENULIS DALAM MENULIS BUKU
PELAJARAN”
Buku mengandung informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
apa yang terjadi pada masa yang lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang
sehingga memperluas wawasan pembacanya serta dapat menjadi sumber inspirasi
untuk memperoleh gagasan baru. Buku juga dapat berisi ilmu pengetahuan ,
teknologi, dan seni yang bermanfaat dan berkualitas. Informasi dalam buku dapat
juga memberikan hiburan yang menyegarkan. Akan tetapi, buku juga dapat
berisikan hal-hal negative yang cenderung berdampak buruk kepada para
pembacanya. Sebuah buku bisa berisi informasi propaganda atau ajakan provokasi
yang bisa menyesatkan dan membuat pengaruh-pengaruh buruk kepada pembaca. Lebih
buruk lagi dari hal tersebut, buku mampu merusak moral dan juga sekaligus
mental pembacanya, berdasarkan apa yang dimuat dalam buku tersebut.
Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat pesat
dalam zaman ini, telah memberikan peluang yang besar dalam pengaruhnya
memungkinkan lalu lintas penyajian informasi dengan sangat mudah,cepat,dan
menarik. Akan tetapi penerbit, percetakan, dan toko buku berkembang terus dan
masih banyak buku beredar dan dipergunakan dimana-mana. Oleh karena itu,
penulis mesti mengerti apa yang sesungguhnya ingin dituangkan dalam buku
Sebelum masuk kepada wawancara penulis mengenai pengalaman dari
mereka dalam menulis dan membuat sebuah buku, kita mesti mengetahui terlebih
dahulu apa sih sebenarnya buku tersebut ? Banyak sekali definisi atau
pengertian dari buku tersebut. Berikut adalah beberapa definisi buku :
Menurut Ensiklopedia Indonesia (1980; 538) menjelaskan, “Dalam
arti luas buku mencakup semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas
segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen, dan kertas dengan segala
bentuknya: berupa gulungan, dilubangi, dan diikat atau dijilid muka dan
belakangnya dengan kulit, kain, karton, dan kayu”. Pengertian buku menurut
penulis tidak hanya sebagai lembaran kertas yang berusi tulisan saja,tetapi
buku juga beliau jadikan sebagai tempat untuk beramal.
Andriese, dkk (1993: 16-17) menjelaskan buku dengan lebih
sederhana dengan mengatakan “..informasi tercetak diatas kertas yang dijilid
menjadi satu kesatuan”. Dengan pengertian yang demikian, buku memiliki empat
sifat pokok, yaitu (1) berisi informasi, (2) informasi itu ditampilkan dalam
wujud cetakan, (3) media yang dipergunakan adalah kertas dan (4)
lembaran-lembaran kertas itu dijilid dalam bentuk satu kesatuan.
UNESCO (1964) sebagaimana dikutip oleh Andriese dkk.
Mendefinisikan buku sebagai “..publikasi tercetak, bukan berkala, seperti
majalah dengan jumlah halaman paling sedikit sebanyak 49 halaman” Definisi ini
memberikan penekanan buku sebagai suatu hasil terbitan yang bukan berkala,
seperti majalah dengan jumlah halaman paling sedikit 49 tidak begitu jelas
pembatasan jumlah halaman ini. Contohnya dalam buku untuk pra sekolah
kebanyakan tidak melebihi 49 halaman dan juga tidak terbit secara berkala itu
tidak dapat disebut buku.
Walaupun Rumusan definisi buku berbeda-beda, tetapi terdapat
hal-hal yang sama, seperti mengandung informasi, tercetak, dijilid serta bagian
luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal,karton dan bahan lain. Selain
itu definisi buku menunjukkan bahwa adanya unsur-unsur yang sama pada setiap
buku, tetapi bukan berarti buku itu sama.
Berdasarkan keterangan diatas, dalam penulisan buku teks pelajaran
memiliki tata cara dalam penulisan. Namun, apakah hal tersebut benar-benar
diterapkan dalam pembuatan buku teks pelajaran. Maka dari itu kami melakukan
wawancara langsung dengan seorang ahli. Berikut hasil wawancara kelompok kami:
HASIL WAWANCARA
27 September 2012
Narasumber: Dr Sridadi Pudjo Suparto
Dr. Sridadi Pudjo
Suparto, lahir di Solo 15 Mei 1945. Sejak 1970 meniti karir di BKKBN diawali
sebagai anggota tim Pengembang Sistem Pendidikan dan Pelatihan KB tahun 1971
bersama para pakar dari Bank Dunia dan USAID. Tahun-tahun berikutnya senantiasa
bertindak sebagai praktisi dan pengambil kebijakan bidang pendidikan dan
pelatihan. Jabatan sebagai Deputi Kepala BKKBN bidang Pelatihan dan
Pengembangan merupakan jabatan terakhir yang diembannya sebelum pindah jalur
sebagai tenaga fungsional Dosen Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2005.
Pendidikan Strata satu (S1)
ditempuh di IKIP Surakarta dan IKIP Jakarta pada jurusan Ilmu Administrasi.
Strata dua (S2) di IKIP Jakarta yang tidak diselesaikan karena memenuhi syarat
untuk masuk program Strata tiga (S3) tanpa harus menyelesaikan S2 nya. S3
ditempuh dengan program sandwich dengan State University of
New York di Albany. Upaya pengayaan untuk mempertajam profesionalitasnya
diperoleh melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan di
Universiatas-universitas, seperti Philippines, Connecticut, Syracuse, Chicago,
Southern California, San Francisco, Hawaii, New York State, Brooklyn dan
Massachussetts, serta berbagai program pembangunan dan kependudukan antara lain
pada Center for Development and Population Activities (CEDPA)
di Washington, leadership dan Learning Organization serta
rencana stratejiknya di John Hopkins University, marketing dalam
pelatihan di American University di Cairo bekerja sama dengan Ronny Adikarya
yang merupakan Pakar Pelatihan, program Gender, Youth and Information
Technology yang masing-masing di negara Korea, Thailand,
Jepang dan terakhir kebersamaannya dengan tim KB dalam menyongsong globalisasi
dengan mengikuti Workshop tentang ICT di Asian
Institute of Technology di Thailand tahun 2003.
Berbagai kunjungan ke
beberapa negara dalam rangka pertemuan negara selatan, promosi untuk benchmarking dan
kerja sama di bidang pertukaran pengalaman yang dikemas dalam program pelatihan
Internasional, antara lain Bangladesh, Pakistan, China, Egypt, Vietnam,
Cambodia, Malaysia, Tunisia, Taiwan dan Philippines.
Sebagai seorang yang
menjabat menjadi praktisi dan pengambil kebijakan bidang pendidikan dan
pelatihan, dan sekarang beliau sebagai tenaga fungsional Dosen Universitas
Negeri Jakarta semenjak tahun 2005, tentunya beliau memiliki banyak pengalaman.
Hal itu bisa kita lihat dari tulisan-tulisan yang sudah dibuatnya. Buku-buku
yang sudah dan sedang dalam proses penerbitan: Difusi organisasi belajar pada
lembaga pendidikan dan pelatihan; Fase pembelajaran menuju organisasi
berkembang; Mengemas pengalaman dalam pelatihan internasional; Pelatihan &
teknologi kinerja, perkembangan & aplikasinya; Dimensi pembelajaran dalam
membangun keluarga sejahtera; Evaluasi pelatihan dan kinerja; Menjadi unggulan
dengan meningkatkan kemandirian; Profil petugas lapangan pembelajaran &
kinerja; E-learning dan peningkatan kualitas kinerja petugas lapangan keluarga
berencana; Peran media dalam pembelajaran; Desain pelatihan; Pengembangan
program diklat; dan Strategi pelatihan.
Banyaknya pengalaman beliau dan contoh bukunya yang sudah digunakan saat
perkuliahan Strategi Diklat dan Pengembangan Program Diklat, menjadi landasan
kami untuk menjadikan beliau sebagai narasumber kami. Berikut hasil wawancara
kelompok kami dengan beliau:
Pertanyaan : Apa yang Ibu rasakan ketika menulis, entah itu sebuah
buku atau hal lainnya yang berkaitan dengan kegiatan menulis?
Jawab : Dalam menulis, banyak yang bisa
kita rasakan, yang pertama dari sisi sang penulis itu sendiri, dan kedua dari
sisi pembaca. Dari sisi penulis, kita harus total ya, maksudnya harus fokus
dalam menulis. Yang pasti hal yang dirasakan adalah kesenangan tertentu jika
hasil tulisan saya berguna untuk orang lain. Satu hal lagi yang paling penting,
menulis adalah salah satu cara saya untuk beramal, karena beramal tidak harus
menggunakan harta kekayaan yang kita miliki, seperti berupa uang atau
barang-barang berharga, tetapi beramal juga bisa dilakukan dengan ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Dari segi pembacanya, kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan mereka, siapa sasaran kita dan semua
hal terkait dengan calon pembaca dari tulisan kita nantinya. Nah disini kita
harus memiliki kepekaan terhadap sekitar kita sebagai seorang penulis, agar
nantinya kita dapat mengetahui bahasa seperti apa yang akan kita gunakan dan
lainnya yang berkaitan dengan tulisan kita.
Pertanyaan : Apa pengalaman
menarik yang Ibu alami saat menulis, khususnya dalam menulis Buku Teks
Pelajaran?
Jawab : Banyak pengalaman
yang saya dapatkan ketika menulis, karena semua tulisan saya berasal dari
kenyataan yang sudah pernah saya alami sendiri, menulis dapat menjadi tempat
saya berbagi ilmu dan beramal. Buku yang selama ini saya tulis masih terkait
dengan kebutuhan untuk perkuliahan, dan saya jadikan sebagai bahan ajar untuk
perkuliahan. Hal yang saya dapatkan adalah betapa bahagianya jika kita dapat
membagi pengalaman kepada orang lain, selain itu saya merasa lebih mudah dalam
menyampaikan materi. Mungkin untuk kedepannya saya akan menulis buku yang
sangat berbeda dengan yang biasa saya tulis sebelumnya, contohnya seperti buku
tentang biografi Bapak (suami Bu Sridadi), lalu tentang ibu saya sendiri yang
bagaimana tegasnya beliau dalam mendidik anak-anaknya dan membina keluarga,
karena menurut saya mereka adalah orang-orang yang sangat hebat, karena mereka
juga lah saya bisa menjadi seperti yang kalian lihat saat ini. Untuk kedepannya
bahkan saya akan menulis tentang diri saya sendiri.
Pertanyaan : Apa sih manfaat yang ibu dapatkan dengan menulis?
Jawab : Wah banyak sekali
ya yang dapat kita peroleh dengan menulis. Salah satu manfaat dari menulis ya
seperti tadi yang sudah saya katakana, menulis bisa sebagai tempat untuk
beramal, selain itu dengan menulis kita juga dapat menuangkan pengalaman
pribadi kita, dan yang paling terpenting adalah sebagai bentuk knowledge
management (Manajemen Pengetahuan), agar kita tidak mudah lupa dengan apa
yang sudah kita pelajari dan mampu berbagi dengan yang lain.
Pertanyaan : Apa tips atau cara yang ingin ibu berikan kepada
penulis-penulis lainnya?
Jawab
: Ada dua macam
penulis, yang pertama penulis yang dikejar-kejar deadline, dan yang kedua
penulis yang memang hanya mau menulis karena ia hobi menulis. Kedua macam jenis
penulis ini tentunya memiliki cara menulis yang berbeda, intinya adalah kedua
tipe tersebut harus mengetahui apa yang ingin mereka tulis, segala yang ingin
ditulis harus sudah ada didalam kepala. Setelah itu mereka harus melakukan
riset terlebih dahulu agar tulisan yang telah dibuat dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, lalu kita juga harus mengetahui siapa sasaran atau
pembaca tulisan kita, contohnya ketika kita menulis buku cerita untuk
anak-anak, tidak mungkin kita menggunakan bahasa atau percakapan orang dewasa.
Keuntungan lainnya dari mengetahui sasaran adalah ketika kita telah sampai pada
tahap pencetakan, seorang penulis juga harus mengetahui kira-kira bukunya akan
dibaca oleh berapa banyak orang, jadi dapat mengurangi mubazirnya buku yang
dicetak. Selanjutnya buatlah frame atau kerangka penulisan, hal ini sangat
penting, karena ketika nanti menulis, kita sudah punya acuan dari apa saja yang
ingin kita tulis. Tips terakhir untuk menjadi seorang penulis adalah
banyak-banyak membaca, karena dengan membaca kita dapat menambah wawasan dan ide,
serta pelajarilah bagaimana sistematika menulis yang baik dan benar, kita bisa
mendapatkannya dengan mudah, karena sekarang ini telah banyak buku yang
membahas tentang bagaimana cara menulis sebuah buku yang tepat guna.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil wawancara yang kami lakukan bersama Dr. Sridadi Pudjo Suparto,
terdapat beberapa point penting mengenai segala sesuatu yang terkait dengan
menulis buku. Beberapa diantaranya adalah :
- Banyak Pengalaman yang dirasakan :
Menurut Beliau, Dalam melakukan sebuah ritual menulis,
banyak yang bisa kita rasakan, yang pertama dari sisi sang penulis itu sendiri
dimana sang penulis harus fokus kepada apa yang akan ditulis. dan kedua dari
sisi pembaca kita harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh pembaca. Jangan
sampai apa yang kita tulis itu tidak dibutuhkan oleh pembaca, maka dari itu
dituntutlah kepekaan dari penulis itu sendiri sebagai seorang penulis, agar
nantinya kita dapat mengetahui bahasa seperti apa yang akan kita gunakan dan
lainnya yang berkaitan dengan tulisan kita.
- Sebagai sarana beramal
Menurut Beliau banyak pengalaman yang bisa didapatkan dan dirasa
ketika menulis, karena semua tulisan yang beliau buat itu berasal dari
kenyataan yang sudah pernah beliau alami sendiri, menulis dapat menjadi tempat
berbagi ilmu dan beramal. Buku yang selama ini ditulis masih terkait dengan
kebutuhan untuk perkuliahan, dan jadikan sebagai bahan ajar untuk perkuliahan.
Hal yang didapatkan dalam menulis adalah betapa bahagianya jika kita dapat
membagi pengalaman kepada orang lain, selain itu beliau juga merasa lebih mudah
dalam menyampaikan materi. Mungkin untuk kedepannya akan menulis buku yang
sangat berbeda dengan yang biasa ditulis sebelumnya, contohnya seperti buku
tentang biografi Bapak (suami Bu Sridadi), lalu tentang ibu sendiri (Bunda dari
Ibu Sridadi) yang bagaimana tegasnya beliau dalam mendidik anak-anaknya dan
membina keluarga, karena menurut saya mereka adalah orang-orang yang sangat
hebat, karena mereka juga lah saya bisa menjadi seperti yang kalian lihat saat
ini. Untuk kedepannya bahkan saya akan menulis tentang diri saya sendiri
(Mencoba menulis biografi diri sendiri)
- Sebagai tempat menuang dan berbagi perasaan
Menurut Beliau, dalam menulis atau membuat sebuah buku, selain
sebagai tempat beramal dengan menulis kita juga dapat menuangkan pengalaman
pribadi kita, dan yang paling terpenting adalah sebagai bentuk knowledge
management, agar kita tidak mudah lupa dengan apa yang sudah kita pelajari.
Selain itu menurut beliau terdapat dua macam penulis, yang pertama penulis yang
dikejar-kejar deadline, dan yang kedua penulis yang memang hanya mau menulis
karena ia hobi menulis. intinya adalah kedua tipe tersebut harus mengetahui apa
yang ingin mereka tulis, setelah ditulis , mereka lalu melakukan riset, agar
tulisan mereka benar dan tidak mengarang belakang lalu kita juga harus
mengetahui siapa sasaran atau pembaca tulisan kita, Selanjutnya buatlah frame
atau kerangka penulisan, hal ini sangat penting, karena ketika nanti menulis,
kita sudah punya acuan dari apa saja yang ingin kita tulis. Tips terakhir untuk
menjadi seorang penulis adalah banyak-banyak membaca, karena dengan membaca
kita dapat menambah wawasan dan ide, serta pelajarilah bagaimana sistematika
menulis yang baik dan benar, kita bisa mendapatkannya dengan mudah, karena
sekarang ini telah banyak buku yang membahas tentang bagaimana cara menulis
sebuah buku yang tepat dan berguna.
Tips dan Trik dalam membuat buku teks pelajaran
1. Apa yang ingin ditulis
harus sudah ada dikepala
2. Buat kerangka tulisan/frame
tulisan yang ingin kita tulis, agar tulisan lebih terarah atau tidak ngalur
kidul
3. Lakukan riset agar
tulisan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
4. Lihat siapa sasaran
yang dituju, agar hasilnya tepat guna
5. Pelajari mengenai
tatacara penulisan buku teks pelajaran
6. Sering-sering lah membaca buku dan artikel
untuk menambah wawasan dan ide untuk menulis
SUMBER REFERENSI :
KETERBACAAN « Bintangsitepu's Blog.htm
Pembuatan Buku Teks Pelajaran « Belajar jadi Guru
(http://aguswuryanto.wordpress.com/)
Teknik Menyusun Buku Teks.htm
Menulis Buku Teks » Catatan Sawali Tuhusetya.htm
Buku dan Perkembangannya « Bintangsitepu's Blog.htm
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008
Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005